Studi Kasus: Risiko Membeli Saham Tidak Likuid dan Cepat Naik
Sebagian trader memiliki tipikal ingin mendapatkan profit cepat dari trading. Hal ini bisa dilakukan jika anda mengincar saham2 yang cepat naik dalam sehari, dan pada umumnya saham2 tersebut adalah saham lapis tiga (gorengan).
Selama saya trading di pasar saham, saya sendiri sebenarnya juga mentradingkan saham-saham lapis tiga yang kenaikannya cukup cepat. Namun memang saya mengalokasikan modal di saham lapis tiga cukup kecil, mungkin hanya sekitar 5% dari total modal, dan sisanya untuk saham blue chip dan lapis dua.
Dari pengalaman saya trading di saham lapis tiga, saham yang paling berbahaya (mengandung risiko yang lebih tinggi daripada potensi gain-nya) untuk trader adalah saham yang mudah naik namun tidak likuid.
O iya, kriteria saham tidak likuid yang saya maksud adalah: Bid-offer tipis, terutama dari jumlah orang (split) yang hanya puluhan saja untuk satu antrian harga.
Terkadang saya menemukan saham seperti ini: Antrian harga bid ini lumayan tebal tapi cuma diisi 1-10 orang saja, sedangkan offernya tipis sekali, sehingga antrian harga seperti ini terkesan ingin mengatakan pada trader seperti ini:
"Hei, harga bid "dijaga" supaya tidak jatuh dan harga offer (yang ingin jual) sudah sedikit, sehingga harga saham sudah bersiap untuk naik lagi. Waktunya anda untuk beli"
Berikut contoh saham tidak likuid:
Tapi saham yang antrian bid-offernta seperti inilah adalah saham yang menurut pengalaman dan analisa trading saya adalah saham yang SANGAT MENGERIKAN, dan tidak layak untuk anda tradingkan. Mengapa demikian? Lanjutkan terus membaca pos ini.....
Ketika harga saham sudah naik beberapa poin dengan meyakinkan, katakanlah naik dari harga 145 ke 151 (151 jadi best offer), trader biasanya mulai ikut masuk di kisaran harga 156, dengan harapan harga akan naik lagi, mengingat offer sudah tipis dan bid sangat tebal (yang artinya tekanan jual sedikit dan minat beli besar).
"Penampilan" antrian bid-offer dengan formasi seperti ini memang sangat mempengaruhi psikologis trader untuk ikut membeli sahamnya, karena secara antrian, offernya tipis sehingga harga saham tampak lebih mudah naik.
Tapi tahukah anda, split antrian ini yang hanya ada puluhan sebenarnya sebagian besar dari mereka adalah "market maker" alias "bandar" dari saham tersebut. Jadi, ketika harga saham sudah naik beberapa poin, dan bandar melihat ritel mulai masuk, disinilah market maker yang jumlahnya sedikit ini mulai beraksi.
Saat saham sudah naik, bandar akan menjual sahamnya termasuk mencabut alias withdraw semua order di bid dalam waktu yang bersamaan. Jadi order di bid yang tadinya anda lihat tebal, ternyata itu semua hanya untuk tipuan saja.
Saat saham sudah naik dan market maker sudah menjual sahamnya, mereka juga akan withdraw semua order di bid yang awalnya memang sudah ditujukan untuk memancing anda, untuk membuat kesan seolah-olah saham ini banyak peminat belinya karena bid lot-nya tebal. Sudah paham sampai disini?
"Terus kalau bid-nya di withdraw semua apa dampaknya?" Tanya anda
Kalau antrian harga, katakanlah mulai 148-150 dibatalkan atau dicabut semua, harga saham otomatis akan langsung turun drastis, di mana harga best bid akan menjadi 147 (tadinya 150), sehingga anda akan tertipu karena mungkin anda berpikir saham akan naik lagi sampai 155, namun ternyata langsung turun sampai 147 akibat market maker mencabut semua antrian bid.
Maka dari itu, hindarilah saham2 yang mudah naik, namun tidak likuid. Tidak likuid biasanya disebabkan karena memang saham publiknya hanya sedikit. Saham2 ini biasanya mudah sekali jadi "mainan" bandar untuk menjebak anda.
Saham2 seperti ini menawarkan risiko yang jauh lebih besar dibandingkan dengan peluang return yang anda dapatkan.
Belum ada Komentar untuk "Studi Kasus: Risiko Membeli Saham Tidak Likuid dan Cepat Naik"
Posting Komentar