Studi Kasus: Saham Gorengan dan Saham IPO
Saham-saham gorengan sudah banyak memakan korban para trader ritel... Trader2 ritel yang masih awam, pemula2 yang masih gampang terpengaruh dengan ajakan2 membeli saham yang kelihatannya mudah naik, seringkali terjebak pada saham2 gorengan tersebut.
Terutama saham-saham yang belum lama melantai / listing di Bursa saham, maka saham2 tersebut harus saya akui, cukup berisiko dan rawan jika ditradingkan. Apalagi kalau anda melihat bid-offer (likuiditasnya) yang sangat jelek, dan harganya yang tiba2 bisa naik puluhan persen dalam hitungan menit.
Pada web Saham Gain ini, saya sudah menuliskan contoh kasusnya juga, yaitu saham SWAT, di mana saham SWAT saat itu banyak menjebak trader ritel. Anda bisa baca2 analisanya lagi disini: Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT.
Di pos ini, saya akan membahas saham POSA, di mana setelah POSA melantai di pasar saham beberapa hari, saham POSA naik terus selama 4 hari.
Saya pribadi sebenarnya nggak terlalu perhatikan saham POSA, tapi POSA kemudian menjadi perhatian saya sejenak ketika ada trader yang tanya: "Pak Heze saham POSA hari ini auto reject atas. Bid-nya banyak. Apa besok bakalan naik lagi? Saya mau scalping-an"
Setelah saya lihat chart-nya ternyata POSA baru saja melantai di bursa, dan setelah saya cek likuiditas dan prospektusnya di situs IDX, ternyata POSA bukanlah saham yang layak ditradingkan. Perhatikan chart POSA beberapa hari setelah IPO:
Saham gorengan |
Kita bisa lihat chart POSA, bagaimana hebatnya POSA bisa naik dari harga 200-an ke 490 hanya dalam 4 hari (dan ini sering sekali terjadi pada saham2 yang baru IPO).
Tapi di hari kelima, POSA langsung anjlok 20%, dari harga 530 ke harga 370... Artinya, jika anda berharap POSA bakal terus naik, dan anda membeli sahamnya saat POSA sudah naik tinggi, porto anda bakalan minus dalam waktu yang sangat singkat.
Sama seperti kasus saham SWAT (yang sudah kita bahas): Saham IPO yang Menjebak Trader: Studi Kasus Saham SWAT, saham2 yang kelihatannya menarik dari sisi kenaikan harganya ini, sangat berisiko.
Pesan yang ingin saya sampaikan di pos ini: Hindarilah saham2 yang baru melantai di pasar saham, karena sekarang mayoritas (bahkan semua yang saya temukan belakangan ini), saham2 yang baru listing pergerakannya selalu terkesan menarik, yaitu bisa naik banyak dalam waktu yang singkat.
Namun sesungguhnya saham2 seperti ini 'tidak bisa dibeli', karena likuiditas yang jelek dan fluktuatif harga yang tidak masuk akal...
Apalagi sekarang banyak perusahaan yang prospektusnya jelek, saham beredarnya dikit, tetapi tetap bisa listing di pasar saham. Maka sudah jelas, saham2 seperti itu tidak bagus secara jangka panjang, dan rawan untuk digoreng.
Anda yang sudah pengalaman di pasar saham, saya yakin anda nggak akan tertarik dengan saham2 jenis ini. Tetapi faktanya, mayoritas trader di pasar kita adalah trader pemula (anda bisa cek di google perkembangan jumlah investor saham tiap tahun, means sekarang justru jauh lebih banyak trader2 pemula daripada yang kawakan).
Jika anda sudah baca pos ini, sewaktu-waktu kalau anda nemu saham2 yang naik turunnya sejenis saham SWAT, POSA, terutama saham2 yang baru IPO, maka hindari saja sahamnya..
Masih buanyaaak saham bagus yang bisa anda beli. Kalau anda sekarang masih punya modal kecil, ya anda nggak perlu nyemplung di saham2 IPO juga. Toh, banyak saham bagus yang harganya (secara nominal) terjangkau dengan modal Rp1-3 juta. Baca juga: Daftar Saham Bagus Harga Murah.
Belum ada Komentar untuk "Studi Kasus: Saham Gorengan dan Saham IPO"
Posting Komentar